Teori Hermenuutika Hans-Georg Gadamer

Teori Hermenuutika Hans-Georg Gadamer

Teori Hermenuutika Hans-Georg Gadamer

Friday, November 7, 2014

Teori Hermenuutika Hans-Georg Gadamer

Filled under:
Print Friendly and PDF Translate

Bismillah,,,
Riwayat Hidup dan Karya-Karya Gademer
Hans-Georg Gadamer lahir di Marburg pada tahun 1900. Ia juga belajar filsafat pada universitas di kota asalnya, antara lain pada Nikolai Hartman dan Martin Heidegger dan pernah juga mengikuti kuliyah pada Rodulf Bultan, teolog protestan di tahun 1922, ia meraih gelah doctor filsafat dan tahun 1929 menjadi dosen privat di Marburg dan menjadi profesor tahun 1937. Pada tahun 1939 ia pindah ke Leipzig dan pada tahun 1947 pindah ke Frankfurtam Main. Sejak tahun 1949 ia mengajar di heidelberg sampai ia pensiun.
Karya Gademer yang terpenting adalah Wahrheit und Methode, grundzuge einer pholosophischen hermeneutik pada tahun (1960) (kebenaran dan metode. Sebuah Hermeneutika filosofis menurut Garis besarnya). Dengan buku tebal ini Gademer menjadi filosof terkemuka dibidang Hermeneutika. Sesudah karya tadi, Gdemer menerbitkan buku Plato dialektische. Ethik und andere Studien zur platonischen Philosophie pada tahun (1968) (Etika dialektis dan studi-studi lain tentang filsafat plato). Kemudian lahir juga Hegels Dialektik. Funt Hermeneutische Studien pada tahun (1971) (Dialektola Hegel. Lima Studi Hermeneutika).
Pemikiran Gademer
Gademer tidak begitu menyetujui aliran hermeneutika (objektifisme), sebab menurutnya antara pengarang dan penafsir terjalin jurang tradisi yang tidak mungkin disatukan lagi, serta tidak mungkin seorang penafsir dikosogkan dari arus culturalnya yang memberikan watak tersendiri sebagai modal hermeneutisnya. Oleh karena itu upaya objektifisme murni dalam hermeneutika hanya akan menjadi kemustahilan. Sehingga seorang penafsir bisa memproduksi makna baru yang tekandung dalam teks, sehingga teks itu sendiri akan menjadi lebih kaya makna, karena Gademer itu menggunakan kontekstual bukan tekstual. Masing-masing penafsir dan pengarang itu mempunyai tradisi budaya, sosial, dan sejarah yang berbeda-beda. Dengan kata lain menurut Gadamer hermeneutika yang bisa hidup dengan baik ialah subjektivisme interpretasi yang relevan dengan perandaian-perandaian yang dibangun oleh historisitasnya dimasa kini. Ia menegaskan bahwa yang menjadi hal terpenting dalam jurang waktu dan tradisi adalah dialog yang produktif antara masa lalu dan masa kini, dan ini hanya bisa dimasuki melalui bahasa. Jadi Menurut Gademer sebuah teks itu bisa mempunyai banyak makna, karena antara penafsir satu dengan penafsir lain itu mempunyai penafsiran yang berbeda-beda. Lebih jelasnya makna itu bukan ada pada teks melainkan ada pada diri pembaca atau penafsir.
Secara kategoris, kerangka Hermeneutika Gademer berkaitan dengan pokok-pokok khusus, yaitu:
a.       Kebenaran sebagai yang tak tersembunyi
Kebenaran itu tidak tersembunyi di dalam teks, melainkan kebenaran itu ada pada pembaca atau penafsir.
Realisasi kebenaran mengandung pengertian bahwa bagi Gademer kebenaran dipahami sebagai keterbukaan, ketersembunyian atau “ada telanjang”. penyingkapan ketebukaan itu harus mengacu pada tradisi, bukan pada mtode atau teori. Karena bagi Gademer yaitu bahwa manusia mampu memahami itu karena ia mempunyai tradisi dan tradisi itu adalah bagian ddari pengalam kita, sehingga tidak akan ada pengalaman kita yang tanpa mengacu pada tradisi. Lebih jelasnya bahwa pemahaman terhadap kebenaran akan menjadi suatu kemungkinan jika berpijak pada tradisi.

b.      Bahasa dan Pemahaman
Karena bahasa merupakan tradisi dan sekaligus media untuk memahami, maka kebenaran yang tak tersembunyi itu juga harus dipahami lewat bahasa. Karena itulah Gademer menjadikan bahasa sebagai isu sentral hermeneutika filosofinya.
Penerapan bahasa dalam konsep hermeneutika filosofis, Gademer memberikan implikasi besar bagi proses pemahaman hermeneutis. Seorang penafsir sebelum menafsirkan teks terlebih dahulu sudah mempunyai perandaian-perandaian terhadap makna teks tersebut, sehingga kemudian terbangun dialog tanya jawab antara penafsir dengan teks yang ditafsirkannya. Jadi sangatlah sulit bagi seorang penafsir memperoleh pemahaman tanpa adanya perandaian terhadap objek yang akan diteliti.
Ada beberapa variabel yang sifatnya praktis dalam hermeneutika Gademer :
1.      Perandaian
Gademer itu tidak setuju mengenai kontribusi romantik ala Schleiermacher maupun Dilthey, kontribusi romantik disini maksudnya adalah seorang penafsir menjadi diri seorang pengarang, sehingga dia bisa tahu apa yang dimaksud pengarang dalam menafsirkan teks tersebut.
Karena tidak mungkin seorang penafsir bisa masuk kedalam kehidupan (historis) seorang pengarang yang tentunya berbeda dengan historisitas seorang penafsir. Maka dari itu menurut Gademer seorang penafsir itu harus mempunyai perandaian-perandaian terlebih dahulu sebelum menafsirkan teks.
2.      Dialektika atau Dialog
Gademer mengibaratkan teks seperti orang hidup, sehingga ia dapat memperoleh makna baru. Karena menurut Gademer seorang penafsir itu tanya jawabnya yaitu antara penafsir dan teks yang ditafsirannya.

c.       Hubungan antara kebenaran dan metode
Metode kebenaran harus yang rasional dan empiris yaitu berdasarkan pengalaman seorang penafsir.

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2014. "MASTER MUNYIL". Designed by: BigsMaster